Rabu, 23 Maret 2011

ZAMAN KOLONISASI EROPA DI AMERIKA


ABSTRAK
            Pada  tanggal  12  Oktober  1492  salah  seorang  anggota  penjelajah  dari  Spanyol  yang dipimpin  oleh  Christopher  Columbus,  navigator  Italia,  melihat  sebuah  pulau  di  kawasan Amerika  yang  kemudian  dikenal  dengan  San  Salvador. penjelajan Inggris  berusaha  menemukan  "daerah  baru",  seperti  penjelajah  Drake  (1577-1580)  yang berhasil mengelilingi dunia, Gilber, dan Releigh menjelajah daratan Amerika Utara.  Kebijaksanan  politik  Inggris  dalam melakukan  kolonisasi  di Amerika Utara  sejak  abad ke-16  berkaitan  dengan  situasi  politik  di  dalam  negeri.      pertengahan abad ke-17  telah  terbentuk tiga belas daerah koloni di Amerika Utara, yaitu New Hampshire, Massachusetts, Rhode Island, Connecticut,  Delaware,  New  York,  New  Jersey,  Pennsilvania,  Maryland,  Virginia,  North Carolina, South Carolina dan Georgia. Ketiga belas daerah koloni  tersebut menjadi cikal bakal terbentuknya  Amerika  Serikat  tahun  1776 








BAB I PENDAHULUAN
Latar belakang masalah
            Penduduk asli benua Amerika berasal dari Asia yang  menyeberang Selat Bering,  selat  yang memisahkan antara benua Asia dan Amerika Kelompok  rnigran  awal  yang  datang  dalam waktu  yang  berbeda-beda  tersebut mencari makanan,  tempat hidup  dan  iklim  yang  lebih  baik  untuk  menetap.  Di  tempat  baru,  mereka  membangun pemukiman  sambil mengembangkan  kebudayaan  baru  sesuai  dengan  lingkungan  hidupnya  di berbagai belahan benua Amerika. Di Selatan, mereka menjadi bangsa Aztek di Meksiko, bangsa Maya  di  Amerika  Tengah  dan  bangsa  Inca  di  Peru  serta  mengembangkan  pemerintahan imperium yang dikuasai oleh segolongan aristokrat. Di Amerika Utara, mereka mengembangkan hidup nomaden,  atau berpindah-pindah  sambil berburu binatang, mengumpulkan makanan dan menggunakan alat-alat dari batu.                                        Pertemuan langsung antara bangsa Eropa dengan penduduk asli Amerika tersebut terjadi ketika sekelompok penjelajah Norwegia (Norsemen) yang telah mencapai Greenland mendarat di Vinland, Amerika Utara  pada  awal  abad  ke-11.  Penjelajan  yang  dipimpin  oleh  Lcif Ericson (Eric's  son,  Leif,  anak  laki-laki  Eric  bernama  Leif)  tidak  memiliki  dampak  bagi  masyarakat Eropa terutama penjelajah untuk memanfaatkan pengalamannya dalam petualangan di Amerika. Demikian  juga dengan penduduk  Indian,  tidak memperoleh pengaruh apapun dari penjelajahan tersebut.  Namun  demikian,  setelah  penjelajahan  Eric  tersebut  penjelajah  Eropa  menyusulnya dengan menemukan beberapa kawasan baru di Amerika. Pada  tanggal  12  Oktober  1492  salah  seorang  anggota  penjelajah  dari  Spanyol  yang dipimpin  oleh  Christopher  Columbus,  navigator  Italia,  melihat  sebuah  pulau  di  kawasan Amerika  yang  kemudian  dikenal  dengan  San  Salvador.  Setelah mendarat  sebentar, Columbus bcrtemu dengan  sekelompok penduduk asli yang kemudian dikenalnya dengan  Indian. Sebutan tersebut  didasarkan  atas San  Salvador  adalah  East  Indies  (Indian  Timur) sebagai daerah yang dijadikan tujuan penjelajahannya. Sebutan Indian terhadap semua penduduk Amerika tersebut menyebar ke seluruh Eropa Barat sehingga semua penjelajah Eropa menyebut semua  penduduk  asli Amerika  itu  sebagai  orang-orang  Indian.  Setelah  kedatangan  Columbus tersebut,  ribuan  penjelajah  Eropa  menyusulnya  dan  mendarat  serta  bermukim  di  berbagai kawasan Amerika yang disebutnya sebagai New World atau dunia (daerah) baru, sebagai sebutan yang  sangat Eropa  sentris. Bagi  penduduk  asli Amerika  daerah  tersebut  tidak  baru  lagi  sebab mereka sudah bermukim di kawasan tersebut selama ribuan tahun. Timbulnya  penjelajahan  orang-orang  Eropa  ke  Amerika  tidak  bisa  dilepaskan  dari perkembangan  sejarah  Eropa. Antara  abad  ke  11  sampai  13  penduduk  Eropa  yang  beragama Kristen secara periodik mengunjungi daerah Laut Tengah untuk menemukan kembali kota suci dari  penguasa  Muslim.  Penjelajahan  yang  terjadi  dalam  konteks  Perang  Salib  tersebut berpengaruh terhadap diperkenalkannya rempah-rempah dari Timur yang didatangkan oleh para pedagang Islam ke Eropa. Pasca Perang salib, rempah-rempah merupakan komoditi yang sangat berharga dan dapat mendatangkan keuntungan  finansial yang berlipat ganda bagi mereka  yang memperdagangkannya. Oleh karena itu, orang-orang Eropa, terutama Portugis, Spanyol, Belanda dan  Inggris  berusaha  mencari  jalan  alternatif  ke  daerah  sumber  penghasil  rempah-rempah tersebut.  Setelah  adanya  dominasi  perdagangan  oleh  orang-orang  Italia  di  laut  Tengah  dan setelah  jatuhnya  Konstantinopel,  ibukota  Romawi  Timur  ke  tangan  Turki  Usmani  yang beragama  Islam  tahun  1453,  usaha  mencari  rempah-rempah  dan  penjelajahan  dunia  semakin intensif. Demikian  juga  dengan  adanya  renaissance  di  Italia  abad  ke-15  yang  dipelopori  oleh para intelektual berusaha mempertanyakan kembali hakekat penjelajahan dalam aspek invention, discovery dan dunia baru bagi keunggulan individu dan keunggulan umat manusia.
Rumusan Masalah                                                                                                                 Adapun rumusan masalah yang dapat di informasikan dalam proposal skripsi ini, sebagai berikut:
a.       Apa yang menjadi latar belaksang terjadinya kolonisasi Eropa di Amerika?
b.      Unsur kolonisasi apa saja yang menjadi permasalah di Amerika?
c.       Bagaimana tindakan penduduk asli (Indian) dengan masuknya koloni di Amerika?














BAB II PEMBAHASAN                                                                               ZAMAN KOLONISASI EROPA DI AMERIKA

ATLAS KOLONI AMERIKA

     NEW HAMPSHIRE
                                                            PENNSILVANIA                   NEW YORK
                                                                                                 NEW JERSEY                       MASSACHUSETTS
                                                                  DELAWARE            RHODE ISLAND
                                                                          CONNECTICUT
                                                                                                              MARYLAND
                                                                                                                                 VIRGINIA
                                                                                                             NORTH CAROLINA
                                                                                                                SOUTH CAROLINA
                                                                                                                               GEORGIA








a.      Penjelajahan Bangsa Portugis
            Eksplorasi  yang  sistematis  terhadap  "dunia  baru"  Amerika  dilakukan  oleh  bangsa Portugis yang dipimpin oleh Pangerah Henry atau Prince Henry  (1394-1460). Henry berambisi untuk  mengembangkan  kejayaan  Portugal  dan  oleh  karena  itu  mendorong  setiap  penjelajah Portugal untuk melakukan penjelajahan dan menemukan rute baru ke kawasan yang kaya akan rempah-rempah,  emas  dan  perak.  Melalui  kepeloporan  Henry,  bangsa  Portugis  memperoleh emas  dari  Afrika  dan  menjadikan  jalur  Portugal  dan  pantai  Afiika  Barat  sebagai  jalur perdagangan mereka.  Sejak  tahun  1500  bangsa-bangsa  Eropa  lainnya memperoleh  emas  dari Lisabon sebagai pusat perdagangan emas di Eropa.     Pada  tahun  1487  Bartholomew  Diaz  mencapai  ujung  selatan  Afrika  Selatan.  Setelah mencapai  Tanjung Harapan, Diaz  kembali  ke  Portugal.  Penjelajahan  ini  kemudian  diteruskan oleh  seorang marinir Portugal bernama Vasco da Gama Dalam  ekspedisi ketlua  (1497-1499), Vasco  da  Gama  mencapai  pelabuhan-pelabuhan  India,  dan  sekembalinya  ke  Lisabon  dia membawa  barang-barang  yang  sangat  berharga  di  pasaran  Eropa. Melihat  banyaknya  barang-barang dagangan yang dibawa Diaz,  raja Spanyol, Manuel  (1495-1521) mengirimkan 13 kapal baru ke India dibawah pimpinan Pedro AJvares Cabral. Tujuannya adalah mendirikan pangkalan dagang di pelabuhan-pelabuhan India. Pelabuhan-pelabuhan  penting  yang  dikuasai  bangsa  Portugis  akhirnya  diserahkan  pada kekuasaan tahta Portugal. Misalnya pelabuhan-pelabuhan di Brazil, Amerika Selatan, yang telah dikuasai  para  pedagang  Portugis  diserahkan  kepada  tahta  Spanyol.  Demikian  juga  dengan pelabuhan-pelabuhan  dagang  di  Afrika,  Jazirah  Arab  dan  India  diakui  sebagai  milik  tahta Portugal.  Ekspedisi  Pedro  Alvares  Cabral  ke  Brazil  pada  tanggal  22  April  1500  merintis kekuasaan bangsa Portugis atas wilayah Amerika Selatan. Para penguasa dan pedagang lokal di daerah  yang  didatanginya  yang  tidak  mau  tunduk  pada  Portugal  diserang  dan ditaklukkannya. Kota-kota  pelabuhan  India,  seperti Calicut  dan Goa  dan  pelabuhan Ormuz  di Iran diserangnya. Dibawah gubernur Portugal di India, Alfonso cTAlbuquerque (menjabat antara 1509-1515),  kota-kota  tersebut  diserahkan  kepada  tahta  Portugal.  Demikian  juga  dengan pelabuhan-pelabuhan  lainnya  yang  semula  dikuasai  para  pedagang  Islam  dari  Arab,  India, Melayu, Maluku dan Malaka ditaklukkannya. Pelabuhan Malaka yang sangat raniai dan strategis di Selat Malaka  direbutnya  tahun  1511,  demikian  juga  dengan  pelabuhan-pelabuhan   Maluku,   sebagai  pusat  penghasil  rempah-rempah, dikuasainya.                                                                                                                         Dengan penguasaan  langsung-daerah-daerah yang ditaklukkannya maka negara Portugal mulai merintis politik imperialisme, yaitu politik untuk menjadikan daerah yang ditaklukkannya sebagai bagian dari  imperium seberang  lautan Portugal, dan dikuasai  langsung oleh pemerintah pusat  di  ibukota  Lisabon,  Portugal.  Portugal  merupakan  negara  pertama  sejak  jaman penjelajahan  yang menguasai  daerah  imperium  seberang  lautan. Melalui  politik  imperialisme, Portugal  memaksa  bangsa-bangsa  yang  dikuasainya  untuk  tunduk  pada  aturan  politik  dan ekonomi  yang  dibuatnya.  Dengan  demikian  para  pedagang  yang  berada  di  bawah  kekuasaan bangsa Portugis harus menyerahkan barang hasil produksinya dengan harga yang ditentukan oleh mereka.
b.      Penjelajahan Bangsa Spanyol.
            Pelayaran  Christopher  Columbus  (1451-1506)  tahun  1492  dapat  ditempatkan  dalam konteks penjelajahan bangsa Eropa ke benua "baru" Amerika. Columbus yakin bahwa dia dapat menemukan  rute  terpendek  ke  arah  timur  dengan  cara  berlayar  ke  arah  barat  menyeberangi Atlantik.  Dia  menyangka  San  Salvador  adalah  India,  negeri  yang  kaya  akan  bahan  rempah-rempah. Antara  tahun  1492-1502 Columbus melakukan  empat  kali  pelayaran  ke Amerika  dan menemukan kepulauan Caribia. Sampai dia mati, pulau-pulau yang didarataninya  seperti Haiti, Dominica, Puerto Rico, Jamaica, Cuba dan Honduras masih diyakininya sebagai  India. Melalui rintisannya  bangsa  Spanyol  memperoleh  pengetahuan  mengenai  benua  baru  Amerika  yang kemudian dijadikan sebagai wilayah koloni Spanyol. Raja Spanyol Ferdinand dan Ratu  Isabela akhirnya mensponsori penjelajahan berikutnya ke Amerika untuk menghadapi dominasi bangsa Portugis yang telah melakukan penjelajahan dunia. Tindakan  raja  Spanyol  itu  menimbulkan  protes  Spanyol  yang  menganggapnya  telah mengancam  kepentingan  Portugal  di  Amerika.  Paus  Alexander  VI  menengahi  pertentangan tersebut dengan cara menarik garis demarkasi  antara Spanyol dan Portugal  tahun 1493. Dalam tahun 1494 kedua negara sepakat dalam Perjanjian Tordesilas bahwa Portugal akan menguasai Brazil  dan  sisa  benua Amerika  oleh Spanyol. Tentu  saja  perjanian  tersebut  tidak  berlaku  bagi negara-negara lain yang juga berambisi menguasai Amerika. Niat  untuk  mengancan  jalur  pelayaran  ke  Asia  terus  dilakukan  oleh  bangsa  Spanyol. Penguasa Spanyol, Charles V, menugaskan Ferdinad Magellan (1480-1521) untuk menemukan jalur langsung ke kepulauan Maluku sebagai pusat penghasil rempah-rempah. Magellan berlayar ke  arah  barat-daya melintasi Samudera Atlantik,  dan  sampai  ke  ujung  selatan  benua Amerika. Dari  sana  dia menyeberang  ke  Samudera  Pacifik menuju  arah Barat  dan  sampai  di  kepulauan Filipina  tahun  1521  (pemberian  nama  kepulauan  Philipina  dilakukan  tahun  1560  setelah kepulauan  tersebut  berada  di  bawah  imperialisme  Spanyol  atas  'nama  raja  Philip  II).  Di kepulauan  tersebut Magellan  terbunuh. Namun  dengan demikian  pelayaran  terus  dilakukan  oleh  anak buahnya hingga tiba kembali di Spanyol thun 1522. Pelayaran Magellan berpengaruh besar bagi dunia ilmu pengetahuan dan membuktikan  teori Columbus bahwa dunia ini bulat. Pelayaran  ini juga memberi  keterangan  yang  berharga  bahwa  Samudera  Pasifik  demikian  luas  dan  bumi  ini lebih besar dibandingkan dengan yang selama itu dipercayai orang,. 
            Penjelajahan  bangsa  Spanyol  ke  benua  Amerika  diikuti  dengan  penaklukan  dan kolonisasi.  Hernando  Cortez  (1485-1547)  berhasil  mencapai  Meksiko  dan  menaklukkan kerajaan  Aztec  yang  dikuasai  kaisar Montezuma.  Sisa-sisa  peradaban  Aztec  dihancurkannya dengan kejam. Demikian  juga dengan kerajaan  Inca di Peru dihancurkan oleh bangsa Spanyol yang dirintis oleh penjelajahan Francisco Pizarro  (1470-1541). Daerah-daerah baru di Amerika Latin dikuasainya dan dijadikan sebagai bagian dari imperium Spanyol. Penaklukkan itu disusul dengan migrasi penduduk Spanyol ke daerah yang ditaklukkannya. Pada abad ke 16 di Amerika Selatan telah terdapat 200.000 penduduk Spanyol.yang melakukan kolonisasi.
c.       Penjelajahan bangsa Perancis, Belanda.
            Penjelajahan  bangsa Perancis  ke Amerika  dimulai  oleh Giovanni  da Verazzuno  (1524) yang menjelajah pantai Atlantik dan mencari sungai yang bisa dilayari ke arah daratan Sepulun tahun  kemudian,  Jacques  Cartier  mengeksplorasi  Newfoundland  dan  menjelajah  Sungai  St. Lawrence  yang  diangapnya  sebagai  jalan  lintas  menuju  daratan  China.  Dalam  tahun  1608 Samuel  de  Champlain  melakukan  sebelas  kali  eksplorasi  ke  Amenka  Utara  dan  menemukan Quebec.  Daerah  yang  sekarang  menjadi  wilayah  Kanada  tersebut  dihuni  oleh  orang-orang  keturunan Perancis. Bangsa Belanda menyusul  bangsa Portugis  dan Spanyol melakukan  penjelajahan  dunia termasuk  ke  Amenka.  Para  penjelajah  Belanda  sudah  banyak  yang  mendarat  di  kepulauan Indonesia  sejak  tahun 1600-an,  terutama  setelah  tibanya kapal Cornelis de Houtman di Banten tahun  1596.  Pada  tahun  1602  para  penjelajan  dan  pedagang  Belanda  telah  mendirikan perserikatan  dagang  Belanda  di  Indonesia  dengan  nama  VOC.  Organisasi  dagang  tersebut merupakan  alat  untuk  melaksanakan  kolonialisme  Belanda  di  Indonesia  dan  Sri  Lanka.     Kolonisasi  Belanda  di  Amerika  dimulai  sejak  didirikannya  West  India  Company  di  Pulau Manhattan tahun 1624 sebagai pangkalan dagang kulit binatang di kawasan Amerika. Pada  tahun  1650  organisasi  dagang  Belanda  di  Amerika  Selatan  berhasil  merebut beberapa  pangkalan  dagang  Spanyol  dan  Portugal  sehingga  akhirnya  organisasi  itu  mampu mengontrol jaringan dagang antara Amerika dan Eropa. Belanda juga mendirikan koloni di New Netherland.  Namun  demikian  koloni  tersebut  tidak  berkembang,  bahkan  tahun  1664  koloni tersebut  direbut  oleh  Inggris  dan  diganti  dengan  nama  New  York.  Belanda  lebih  tertarik terhadap koloninya di Asia, Indonesia.
d.       Latar belakang kolonisasi bangsa Inggris di Amerika.
            Para  penjelajah  Inggeris  juga  tidak  mau  ketinggalan  dalam  meramaikan  penjelajahan dunia. Dimulai dengan penjelajahan John Cabot (pedagang Genoa yang tinggal di London), yang berniat  berlayar  ke  Brazil  tetapi mendarat  di  Canada  (Newfoundland)  tahun  1497,  penjelajan Inggris  berusaha  menemukan  "daerah  baru",  seperti  penjelajah  Drake  (1577-1580)  yang berhasil mengelilingi dunia, Gilber, dan Releigh menjelajah daratan Amerika Utara.  Kebijaksanan  politik  Inggris  dalam melakukan  kolonisasi  di Amerika Utara  sejak  abad ke-16  berkaitan  dengan  situasi  politik  di  dalam  negeri.  Walaupun  klaim  Inggris  terhadap Amerika Utara berlangsung  sejak penjelajahan  John Cabot  (1497), klaim  tersebut  tidak diikuti dengan tindakan nyata. Pada akhir abad ke-16 Monarki Tudor telah mengubah kerajaan Inggris sebagai  kekuatan  utama  di  Eropa  yang  siap  bersaing  dengan  negara-negara  lainnya  dalam melakukan  eksploitasi benua baru. Setelah keluar dari krisis monarki abad ke-15  yang dikenal dengan "Wars of Roses" atau perang-perang bunga ros dalam  tubuh keluarga monarki,  Inggris memasiki abad ke-16 memperoleh pemerintahan yang kuat di dalam negeri. Tampilnya keluarga Tudor  yang  dipirnpin  oleh  Henry  VII  (1485-1509)  dan  Henry  VIII  (1509-1547)  ditandai dengan upaya mempersatukan semua keluarga monarki yang bertikai dan menyatukan kesetiaan semua  warga  negara  terhadap  tahta  kerajaan.  Pada  masa  pemerintahannya,  Henry  VIII  telah dapat memperoleh kekuasaannya atas semua keluarga kerajaan, kecuali atas kekuasaan Paus di Roma. Ketika istri pertama Henry, Catherine of Aragon tidak melahirkan anak laki-laki sebagai utra mahkota, Henry meminta Paus di Roma untuk membatalkan perkawinannya. Ketika Paus menolak, Henry menentang Paus dan meminta Parlemen Inggris untuk memutuskan hubungan dengan  Gereja  Katholik  di  Roma.  Akhirnya  Parlemen  pada  tahun  1534  sepakat  untuk menghapuskan  undang-undang  yang  mengesahkan  terbentuknya  sistem  gereja  Inggris  yang berada di bawah kekuasaan Raja Inggris. Dengan undang-undang tersebut, Henry, sebagai raja Inggris  memiliki  kewenangan  atas  pajak  yang  dipungut  oleh  gereja  serta  tanah  yang dikuasainya.  Peristiwa  tersebut  merupakan  saluran  bagi  terbentuknya  reformasi  gereja  dan protestanisme di Inggris. Setelah  memperoleh  kekuatan  politik  di  dalam  negeri,  Henry  berusaha  meningkatkan kekuatan ekonomi dalam negeri melalui perdagangan  luar negeri. Sistem pemagaran  tanah atau enclosure  telah mampu meningkatkan produktifitas pertanian dan peternakan  sehingga mampu meningkatkan ekonomi  Inggris melalui ekspor wool dan hasil pertanian. Sistem  tersebut  juga telah  menguntungkan  golongan  tuan  tanah  dan  para  pedagang  Namun  demikian,  akibat  dari sistem  tersebut  telah  banyak  petani  yang  kehilangan  lahan  garapannya  dan  meningkarnya urbanisasi. Antara  tahun 1560-1625 penduduk  Inggris  telah meningkat  tiga kali  lipat sehingga menimbulkan  kesan  pada  pemerintah  dan warga  Inggris  bahwa  kota-kota  besar mereka  telah berpenduduk terlalu banyak (overpopulated).            Untuk mengatasinya, pemerintah Inggris berusaha  mencari  daerah  koloni  baru  sebagai  tempat  tinggal  warganya.  Amerika  sebagai  benua  baru merupakan pilihan utama untuk tujuan itu. Kaum migran yang dikirim Inggeris diharapkan akan mampu meningkatkan  produktifitasnya  untuk  kepentingan  ekonomi  kerajaan  Inggris,  seperti halnya telah dilakukan oleh bangsa Spanyol di New Spain, Amerika. Dalam  merealisasikan  tujuan  itu,  Inggris  harus  bersaing  dengan  Spanyol.  Setelah mendapat laporan dari Richard Hakluyt, seorang pendukung kolonisasi Inggris di Amerika yang menyatakan bahwa Spanyol merupakan ancaman utama bagi kepentingan kolonisasi Inggris di benua baru tersebut, Inggris mulai meninjau hubungan persahabatannya dengan Spanyol. Pada masa  pemerintahan  Elizabeth  I  (1558-1603)  hubungan  Inggris  dan  Spanyol  putus  yang disebabkan  oleh  putusnya  hubungan  gereja  Inggris  dengan  Roma  dan  dukungan  Inggris terhadap gereja Protestan Belanda dalam melawan gereja Katholik Spanyol. Pada  tahun  1560-an,  John  Hawkins  merebut  sejumlah  pangkalan  dagang  Spanyol  di kepulauan Caribia dan menjual budak-budak Afiika terhadap pengusaha perkebunan di kawasan itu. Saudara sepupu Hawkins, Francis Drake  juga merebut West  Indies Spanyol  tahun 1570-an. Antara tahun 1577-1580, Drake merebut kapal Spanyol yang bermuatan emas di kawasan Pasifik dan  mendirikan  Calofonu'a.  Sedangkan  perusahaan  Cathay  membiayai  perjalanan  Martin Frobister  (1576-1578)  untuk  mengeksplorasi  daerah  Kanada.  Keberhasilan  para  penjelajah Inggris  di  Amerika  terhadap  kedudukan  Spanyol  tersebut  mendorong  Inggris  untuk mengintensifkan  kolonisasinya  atas  Amerika  Utara.  Atas  dukungan  pemerintah  Inggris,  Sir Humprey Gilbert  (1539-1583)  berhasil mendaratkan  200  pemukim  potensial  di Newfoundland tahun 1583 dan diteruskan oleh sudara tirinya, Sir Walter Raleigh (1552-1618) yang mendirikan koloni  Virginia  atas  penghargaan  terhadap  ratu  Elizabet  I  yang  masih  virgin  atau  perawan. Sedangkan upaya untuk mendirikan koloni di Pulau Roanoke gagal setelah tahun 1590 diketahui bahwa  semua  pemukim  di  sana  telah  musnah  yang  sampai  sekarang  tidak  diketahui penyebabnya. Kegagalan  dalam  mendirikan  beberapa  koloni  di  Amerika  Utara  dijadikan  bahan pelajaran  oleh  Ratu  Elizabeth  I.  Pertama,  keberhasilan  kolonisasi  tergantung  pada  sumber pertanian  agar  para  pemukim  tidak  tergantung  pada  orang-orang  Indian. Kedua;  kaum  kolonis harus  memelihara  hubungan  langsung  dengan  negeri  induk,  Inggris.  Ketiga,  perkembangan  koloni tergantung pada dukungan finansial melalui perusahaan pasar modal yang dikelola secara profesional. Upaya terakhir tersebut baruterwujud pada awal abad ke-17.
e.       Awal Kolonisasi Amerika Utara.
            Kolonisasi  awal  Amerika  Utara  oleh  Inggris  mulai  lebih  intensif  sejak  pemerintah dipegang oleh Raja James I (1603-1625) yang berasal dari keluarga Stuart. Untuk mempermudah kaum kolonis memperoleh wilayah di Amerika Utara, Raja James I mendekati kembali Spanyol dan mengadakan perjanjian damai tahun 1604. Setelah perjanjian tersebut, Inggris mulai menata kembali rencananya mengenai kolonisasi atas Virginia. Didorong oleh kepentingan ekonomi, dua kelompok pedagang yaitu Virginia Company dan Virginia Company of Plymouth meminta raja Inggris untuk mendirikan perusahaan pasar modal untuk membiayai kolonisasi Amerika Utara. Setelah  itu  berbondong-bondong  kaum migran  dari  Inggris mendatangi  benua  baru  tersebut. Namun  demikian,  karena  ganasnya  alam  Virginia  dan  tidak  cocoknya  iklim  di  sana menyebabkan ribuan kaum migran mati. Dalam tahun 1622 tercatat 6000 migran mati dari 8000 yang sudah bermukim di sana. Kematian tersebut ternyata tidak menyurutkan kaum pionir, kaum imigran  pekerja  keras,  untuk  terus  mencari  sumber  daya  alam  bagi  keuntungan  komersial. Percobaan  John  Rolfe  di  bidang  tanaman  tembakau  tahun  1622  ternyata  membuahkan  hasil. Setelah  dikembangkan  bertahun-tahun,  akhirnya  Virginia  menjadi  daerah  koloni  yang  sangat subur bagi produksi tembakau dan mampu meningkat ekonomi koloni tersebut. Model kolonisasi awal Amerika Utara,  selain  atas  sponsor  pemerintah  Inggris  juga  dilakukan  oleh  perusahaan-perusahaan  dagang  yang  mencari  komoditi  ekspor.  Virginia  dan  Massachussetts  merupakan contoh dari dua daerah koloni yang dikembagkan oleh perusahaan-perusahaan swasta yang juga mendapat  sponsor  dari  Raja  Inggris.  Para  migran  kaya  yang  juga  pengusaha  berani mengeluarkan biaya dalam jumlah besar untuk mengongkosi para pekerja dari Inggris. Mereka mendirikan pusat-pusat pemukiman kaum migram yang kemudian menjadi daerah-daerah koloni yang  memiliki  model  pemerintahan  sendiri.  Pusat-pusat  pemukiman  seperti  New  Hampshire, Maine, Maryland,  Carolina,  New  Jersey  dan  Pensylvania,  adalah  kepunyaan  para  pengusaha yang  berasal  dari  kalangan  bangsawan  kaya  yang menyewa  tanah  tersebut  dari  raja  Inggris dengan bayaran yang sangat rendah atau hanya bersifat lambang saja. Misalnya Lord Baltimore hanya memberikan dua buah anak panah kepada  raja  setiap  tahunnya dan william Penn hanya memberikan dua lembar kulit binatang.
            Dengan  karakteristik  daerah  koloni  dan  asal  usul  yang  berbeda-beda  namun memiliki persamaan dalam hal dibangun oleh kaum  imigran para pertengahan abad ke-17  telah  terbentuk tiga belas daerah koloni di Amerika Utara, yaitu New Hampshire, Massachusetts, Rhode Island, Connecticut,  Delaware,  New  York,  New  Jersey,  Pennsilvania,  Maryland,  Virginia,  North Carolina, South Carolina dan Georgia. Ketiga belas daerah koloni  tersebut menjadi cikal bakal terbentuknya  Amerika  Serikat  tahun  1776  setelah  meletusnya  revolusi  yang  digerakkan  oleh kaum kolonis. Berbagai motivasi orang-orang Eropa bermigrasi ke benua baru Amerika pada abad ke-16.  Motivasi  agama,  seperti  yang  dijelaskan  di  atas  merupakan  faktor  penting.  Selain  dari Inggris,  banyak  juga  orang-orang  Jerman  dan  Irlandia  bermigrasi  ke Pennsylvania  dan North Carolina  berusaha  mencari  kebebasan  agama.  Demikian  juga  dengan  faktor  politik.  Banyak orang-orang  dekat  kerajaan  dari  kalangan  aristokrat  yang  tidak  setuju  dengan  kesewenang-wenangan  Raja  Charles  I  tahun  1640-an  meninggalkan  Inggeris  menuju  Virginia.  Faktor ekonomi  bekaitan  dengan  banyaknya  kaum  imigran  yang  berlatarbelakang  ekonomi  tidak mampu di  Inggris dan belahan Eropa  lainnya berusaha mencari kehidupan yang  lebih baik di Amerika. Bagi mereka yang tidak mampu membayar biaya perjalanannya akan ditangngung oleh perusahan  yang kelak  akan mempekerjakan mereka di negeri baru. Sebagian di  antara mereka juga  adalah  tawanan  di  Inggris  dan  kelak  menjadi  pelayan  kontrak  di  Amerika.  Imigran  setengah  budak  Eropa  tersebut  menjadi  pemukim  koloni-koloni  Amerika  setelah  mereka dibebaskan oleh majikannya menyusul selesainya masa kontrak mereka.
            Ketiga belas daerah koloni baru di Amerika  tersebut didirikan oleh kaum kolonis dalam jumlah  kecil  pada  awal  abad  ke-17. Koloni Virginia  pertama  kali  dihuni  oleh  seratus  kolonis tahun 1607 yang kemudian berkembang menjadi pusat penghasiian  tembakau yang sangat baik kualitashya. Sedangkan Maryland  pertama  kali  didirikan  oleh  seorang  pioner  benama George Calvert. Calvert  sebagai  seorang  penganut  katholik Roma mengembangkan  koloni  ini  sebagai pusat  penghasil  tembakau,  gandum  dan  jagung. Walaupun  pendirinya  beragama  katholik  para pemukim di koloni  ini sebagian besar berasal dari kalangan Protestan Undang-undang Tolerasi Agama  yang  dikeluarkan  tahun  1649 menjamin  tolerasi  kehidupan  agama  di Maryland.  Pada tahun 1660 Maryland dan Virginia berkembang menjadi koloni-koloni yang memiliki persaman di  bidang  agraria  (penghasil  tembakau),  politik  dan  pemerintahan  sendiri.  Karena  kebutuhan akan  tenaga  kerja  di  bidang  industri  tembakau.  kedua  koloni  tersebut  menerapkan  sistem perbudakan terhadap penduduk kulit hitam dari Afrika.                                                             New  England  pertama  kali  dihuni  secara  permanen  sebagai  sebuah  koloni  oleh sekelompok  "pejiarah"  atau  the Pilgrims  tahun  1620. Kaum  pejiarah  ini merupakan  kelompok Separatis yang pemah mengungsi ke Belanda  tahun 1607 untuk menghindari tuntutan penguasa Inggris.  Walaupun  memperoleh  kebebasan  di  bidang  agama  di  Belanda,  kelompok  ini menderita secara ekonomi. Kondisi ini dimanfaatkan oleh London Company untuk mengangkut mereka  dengan  kapal Mayflower  ke  New  England  dan  diperkerjakan  di  perusahaan  tersebut. Kelompok  ini  bermukim  di  Plymouth  Coloni  yang  tidak  berkembang  dengan  baik.  Akhirnya koloni ini digabungkan dengan Massacussett Bay tahun 1691 yang berkembang lebih cepat. Pada  tahun  1643,  koloni-koloni  yang  berada  di  wilayah  New  England  seperti Massachusetts  Bay,  Connecticut,  Plymouth  dan  New  Haven  membentuk  konfederasi  untuk menghadapi  klaim Belanda  dan menciptakan  kebijaksanaan  bersama menghadapi  orang-orang Indian. Koloni-koloni tersebut tidak akan lagi menggantungkan bantuan dari Inggris yang pada saat  itu  sedang  dilanda  perang  sipil. Mereka  ingin  menunjukkan  independensinya  dari  negeri induk  mereka,  Inggris.  Namun  demikian,  antara  tahun  1660-1700,  Inggris  masih  terus berupaya memperluas daerah koloninya dengan cara memaksakan dan mempengaruhi penguasa di daerah koloni tersebut. Koloni-koloni tersebut tetap menjadi bagian dari imperium Inggris. 
            Dengan  banyaknya  kelompok  imigran  dari  berbagai  negara  seperti  Inggeris,  Jerman, Belanda  Irlandia,  Skotlandia,  Swiss,  Perancis  dan  lain-lain  maka  sejak  tahun  1680  koloni Amerika  telah  menjadi  pusat  percampuran  kebudayaan  dari  berbagai  negara.  Dari  jumlah seperempat  juta penduduk berbagai  ras dan  etnik  tahun 1690  telah meningkat menjadi 25  juta tahun  1775. Namun  demikian  karena  jumlah  orang  Inggris mencapai  sembilan  puluh  persen dari  jumlah  kelompok migran maka  kebudayan  Inggris  tetap  dominan  di  ketigabelas  daerah koloni tersebut. Kebudayan Inggeris yang berkembang di sana tentu saja telah menyesuaikan diri dengan lingkungan baru Amerika yang juga dipengaruhi oleh kebudayaan golongan migran yang dibawa dari Eropa.









BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
a.      Kesimpulan
            Pertemuan langsung antara bangsa Eropa dengan penduduk asli Amerika tersebut terjadi ketika sekelompok penjelajah Norwegia (Norsemen) yang telah mencapai Greenland mendarat di Vinland, Amerika Utara  pada  awal  abad  ke-11.  Penjelajan  yang  dipimpxn  oleh  Lcif Ericson (Eric's  son,  Leif,  anak  laki-laki  Eric  bernama  Leif)  tidak  memiliki  dampak  bagi  masyarakat Eropa terutama penjelajah untuk memanfaatkan peingalamannya dalam petualangan di Amerika.
            Eksplorasi  yang  sistematis  terhadap  "dunia  baru"  Amerika  dilakukan  oleh  bangsa Portugis yang dipimpin oleh Pangerah Henry atau Prince Henry  (1394-1460). Henry berambisi untuk  mengembangkan  kejayaan  Portugal  dan  oleh  karena  itu  mendorong  setiap  penjelajah Portugal untuk melakukan penjelajahan dan menemukan rute baru ke kawastin yang kaya akan rempah-rempah,  emas  dan  perak. 
            Pelayaran  Christopher  Columbus  (1451-1506)  tahun  1492  dapat  ditempatkan  dalam konteks penjelajahan bangsa Eropa ke benua "baru" Amerika. Columbus yakin bahwa dia dapat menemukan  rule  terpendek  ke  arah  timur  dengan  cara  berlayar  ke  arah  barat  menyeberangi Atlantik.  Dia  menyangka  San  Salvador  adalah  India,  negeri  yang  kaya  akan  bahan  rempah-rempah
            Kolonisasi  awal  Amerika  Utara  oleh  Inggeris  mulai  lebih  intensif  sejak  pemerintah dipegang oleh Raja James I (1603-1625) yang berasal dari keluarga Stuart. Untuk mempermudah kaum kolonis memperoleh wilayah di Amerika Utara, Raja James I mendekati kembali Spanyol dan mengadakan perjanjian damai tahun 1604. Setelah perjanjian tersebut, Inggeris mulai menata kembali rencananya mengenai kolonisasi atas Virginia.
            Dengan  karakteristik  daerah  koloni  dan  asal  usul  yang  berbeda-beda  namun memiliki persamaan dalam hal dibangun oleh kaum  imigran para pertengahan abad ke-17  telah  terbentuk tiga belas daerah koloni di Amerika Utara, yaitu New Hampshire, Massachusetts, Rhode Island, Connecticut,  Delaware,  New  York,  New  Jersey,  Pennsilvania,  Maryland,  Virginia,  North Carolina, South Carolina dan Georgia.
b.      Saran
·         Kita harus mempunyai sifat penjelahan atau pertualangan seperti Bangsa Eropa dengan demikian kita mempunyai wawasan yang sangat luas terhadap penemuan baru.
·         Manusia harus berambisi mengembangkan kejayaan agar tidak di pengaruhi  kelompok lain.
·         Bangsa yang besar adalah bangsa yang kuat, Demokrasi harus di tegakkan ,keamanan dan ekonomi harus di utamakan agar tidak terjadi permasalahan di dalam masyarakat.







DAFTAR PUSTAKA
http://wapedia.mobi/id/Kolonisasi_Eropa_di_Amerika
Oemar, Kammarudin: 2006. Sejarah Eropa Cendekia Insani. Pekanbaru. Riau http://atifhidayat.wordpress.com/2009/02/19/9-christopher-columbus-1451-1506/


JANGAN LUPA