Sabtu, 22 Oktober 2011

Adanya Masyarakat Pendukung Budaya Dong Son

11 March 2011 | 0 Komentar
Batu nisan bermotif antropomorfik.
Arkheolog, Dedi Satria menunjukan sampel batu nisan bermotif antropomorfik. (Harian Aceh/Irman Sjah)
Lhokseumawe | Harian Aceh – Arkheolog, Dedi Satria yang sedang meneliti sejarah Samudra Pasai menemukan sesuatu yang terbaru. Yakni, batu nisan era Kerajaan Samudra Pasai bermotif antropomorfik (motif dengan figur topeng atau wajah manusia). Batu nisan ini ditemukan di sejumlah lokasi di kawasan bekas Kerajaan Samudra Pasai di Kecamatan Samudra, Aceh Utara.
“Temuan ini menunjukkan bahwa di masa Kerajaan Samudra Pasai ternyata ada masyarakat pendukung kebudayaan Dong Son (kebudayaan dari Vietnam Utara atau Cina Selatan). Diperkirakan, masyarakat Samudra Pasai yang mendukung budaya ini adalah pada masa sebelum 5 Masehi (pra Islam), tapi tetap lestari sampai zaman Islam. Buktinya pada zaman Islam ada batu nisan era Samudra Pasai yang bermotif antropomorfik ini,” kata Dedi Satria kepada Harian Aceh di Lhokseumawe, Kamis (10/3).
Menurut Dedi Satria, ini merupakan temuan terbaru yang belum pernah diungkap oleh para Arkhelog maupun peneliti selama 100 tahun atau sepanjang masa penelitian sejarah Samudra Pasai.
Dari motif hias batu nisan bermotif antropomorfik itu, kata Dedi Satria, ada beberapa elemen yang menggambarkan seni dari kebudayaan Dong Son. Misalnya, kata dia, bentuk lingkaran yang memusat atau kosentrik seperti bentuk-bentuk spiral. Dan, motif lain seperti huruf ‘S’, huruf ‘J’, dan motif arsiran serta motif bunga atau matahari bersudut delapan. “Itu ciri khas sari budaya Dong Son,” kata lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogjakarta ini.
Dedi Satria menyebutkan, tradisi hiasan kebudayaan Dong Son pernah bermigrasi bersama kepindahan manusia yang mendiami Indo Cina ke bagian selatan khususnya pulau Sumatra pada awal Masehi. Jalur permindahan tersebut, katanya, melalui perdagangan laut atau pelayaran. Kemudian pusat perkembangan di pulau Sumatra berada di Pasemah, sebuah dataran tinggi di Sumatra bagian Selatan.
“Di Samudra Pasai, gagasan kebudayaan Dong Son ini muncul dari nisan-nisan kuno Samudra Pasai. Dari latar belakang itu menunjukkan bahwa Islam yang diterima di Sumatra bagian Utara adalah masyarakat yang pernah mendukung kebudayaan Dong Son,” kata Arkheolog independen ini.
Untuk mengungkap lebih mendalam tentang temuan tersebut, lanjut dedi Satria, perlu penelitian lebih lanjut dengan mengumpulkan bukti-bukti lainnya. Dia memastikan bahwa sejauh ini di Sumatra bagian Utara belum ditemukan jejak arkheologis yang sezaman dengan Pasemah. “Maka perlu kelanjutan penelitian ini,” katanya.
Karena itu, Dedi Satria yang tergabung dalam tim peneliti Central Information for Samudra Pasai Heritage (CISAH) Lhokseumawe mengajak semua pihak yang konsen terhadap penelitian sejarah Samudra Pasai untuk bekerja sama sebagai dotanur kebutuhan penelitian.
Pada bagian lain, Dedi menambahkan, di kawasan Kuta Karang, Kecamatan Samudra, Aceh Utara, telah ditemukan jejak orang Islam berupa temuan keramik-keramik dari Timur Tengah, termasuk dari Persia, dan benda-benda dari kaca, yang diperkirakan berasal dari abad ke-10 Masehi. Artinya, kata dia, orang Islam dari Timur Tengah sudah datang ke Sumatra bagian Utara pada abad ke 10 Masehi, tapi baru diterima oleh penduduk setempat pada abad ke-13 atau 14 Masehi yang ditandai dengan munculnya Kerajaan Samudra Pasai di bawah pimpinan Sultan Malikussaleh.(nsy)

http://harian-aceh.com/2011/03/11/adanya-masyarakat-pendukung-budaya-dong-son

JANGAN LUPA