Jumat, 20 Januari 2012

Madeueng Tradisi masyarakat Aceh

Oleh Evi Saptriyawati
 
Tradisi masyarakat Aceh “Madeueng” (bahasa Aceh) merupakan suatu prosesi dimana sang Ibu atau wanita yang baru selesai melahirkan harus melakukan pantangan selama 44 hari. Hal ini dilakukan demi kesejahteraan Ibu dan sang bayi. Selama rentang waktu tersebut sang Ibu harus tetap berada dikamar tidurnya dan tidak dibenarkan berjalan-jalan apalagi keluar rumah. Sedangkan bayi terus dipingit berdampingan dengan ibunya.

 



Api diang ini terdiri atas api dan asap yang dibuat sedemikian rupa dengan campuran kayu, daun, dan rempah-rempah tertentu yang mengandung aroma harum dan berkhasiat untuk kesehatan. Rempah-rempah yang digunakan termasuk dalam daftar jamu empat puluh empat atau aweueh peuet ploh peuet.

Selama menjalani prosesi ini si ibu hanya diberikan sedikit air tebu dan nenas secara teratur ynag berfungsi untuk membersihkan kotoran-kotoran yang mungkin masih melekat di dalam perut dan kandungannya, serta diberi nasi putih tanpa kuah di dalam mangkok (Aceh: cawan) dan tidak diberi lauk pauk. Obat bersalin diberikan secara tetap sampai sehat seperti sediakala. Pada hari yang ke 45 barulah sang Ibu terlepas dari prosesi madeueng ini.

Selain berfungsi untuk menjaga kebugaran sang Ibu, ternyata prosesi ini juga bermanfaat menjaga sang Ibu tetap awet muda, sehat dan langsing. Hali ini diperkuat oleh hasil penelitian ilmiah yang dilakukan oleh tiga orang pelajar asal SMPN-1 Banda Aceh, yaitu Afif Widhi Ananto, Ghina Luqyana Rusman, dan Nadila Anindita. Bagi mereka prosesi madeueng ini merupakan suatu kearifan lokal yang harus dipertahankan.
 
http://iloveaceh.blog.com/?p=125

JANGAN LUPA