Jumat, 20 Januari 2012

BOH GACA Makna dan Fungsinya Dalam Masyarakat Aceh

BOH GACA” MAKNA DAN FUNGSINYA DALAM MASYARAKAT ACEH
Oleh: Yusri Yusuf, M.Pd.*)
Pendahuluan
Tradisi Boh Gaca sudah merupaan salah satu tradisi Adat dalam masyarakat Aceh, khususnya adat perkawinan atau kenduri walimah. Ditinjau dari segi sejarahnya, Adat Boh Gaca berasal dari India yang dibawa ke Aceh sejak zaman Hindu dan diteruskan oleh orang-orang Islam dari Gujarat yang bermukim di Aceh.
Sampai saat ini, Adat Boh Gaca masih berlangsung  dalam masyarakat Aceh yang Islami. Karena sudah diadatkan, apabila ada keluarga yang mengabaikan acara Boh Gaca ini akan diberikan sanksi sosial oleh masyarakat setempat. Sanksi sosial itu dapat bermacam-macam bentuknya, misalnya: tidak datang saat diundang ke pesta perkawinan, dikucilkan oleh tetangga dan masyarakat sekampung, digosip yang tidak senonoh, dan dituduh melawan tradisi dan adat istiadat. Secara umum lingkungan masyarakat tidak dapat menerima perlakuan anggotanya yang tidak menuruti aturan-aturan adat yang hidup dalam masyarakat itu sendiri.
Dewasa ini tata cara, bentuk, dan motif Boh Gaca dalam masyarakat Aceh sangat beragam dan cukup kreatif. Keadaan ini tidak bertentangan dengan adat dan adat istiadat. Bahkan, kreatifitas dalam Boh Gaca ini sangat diperlukan agar masyarakat Aceh tidak merasa bosan dan turut mengikuti perkembangan zaman.

Namun, satu hal yang harus dapat dipahami dan dilestarikan oleh setiap anggota masyarakat dalam Boh Gaca ini adalah nilainya, terutama yang berkaitan dengan makna dan fungsi Boh Gaca. Masyarakat Aceh seharusnya memahami bahwa Boh Gaca memiliki  makna dan fungsinya, sehingga Boh Gaca itu dapat dilakukan dengan serius dan sungguh-sungguh. Bahwa Boh Gaca itu bukan hanya sekedar mengrias diri.

Sampai saat ini, setahu penulis belum ada referensi tertulis yang membahas tentang makna dan fungsi Boh Gaca bagi masyarakat Aceh. Namun, makna dan fungsi Boh Gaca masih diketahui oleh para pemangku adat dan orang-orang tua yang turut melestarikan budaya dan Adat Istiadat masyarakat Aceh. Karena itu, yang menjadi referensi bagi penulis dalam menukilkan tulisan ini adalah para Pemangku Adat, Tokoh Masyarakat, dan orang-orang tua yang memahami tradisi Boh Gaca.


Makna dan Fungsi Boh Gaca


Sebagai suatu tradisi Adat dan Adat Istiadat dalam masyarakat Aceh, Boh Gaca memiliki makna dan fungsinya antara lain sebagai berikut.
  1. Maklumat atau Pemberitahuan;                                                                                                                                                    Acara Boh Gaca itu bermakna memberitahukan pada lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat bahwa Sang Gadis akan segera berumah tangga. Dengan diketahui oleh banyak orang berarti Sang Gadis tidak boleh diganggu atau dipinang oleh yang lain. Lingkungan masyarakat tentu juga sudah boleh bersiap-siap untuk melakukan acara kenduri walimah.
  2. Mempererat Tali Silaturrahim dengan Anggota Keluarga;
    Tradisi Boh Gaca itu dilakukan oleh anggota keluarga dari pihak ayah dan dari pihak ibu. Dengan adanya keterlibatan anggota keluarga dalam tradisi ini berarti akan menambah erat tali siraturrahmi dan kedua belah pihak anggota keluarga merasa bertanggung jawab atas terlaksananya pesta perkawinan itu.
  3. Bermakna Masih Gadis/ Perawan;
    Orang yang dipakai inai atau Gaca adalah para pengantin perempuan yang masih gadis. Jika sang janda yang akan menikah tidak lagi dilaksanakan acara Boh Gaca. Acara Boh Gaca hanya dilakukan untuk Sang Gadis yang akan dikawinkan atau pada perkawinan pertama. Untuk perkawinan kedua, ketiga, dan seterusnya tidak lagi diadakan acara Boh Gaca.
  4. Masa Dipingit
    Acara Boh Gaca biasanya dilaksanakan, minimal dua (2) hari dan maksimal tujuah (7) hari sebelum acara pengantinan (kenduri walimah) merupakan masa pingitan bagi Sang Gadis (Darabaro). Pada masa itu, Darabaro tidak dibolehkan  keluar rumah. Dalam masa tujuh hari itu dia boleh didatangi atau dijenguk oleh kawan-kawannya.
  5. Pendidikan Kerumah-Tanggaan;
    Selama masa Boh Gaca, Sang Darabaro mendapat petuah-petuah dan bimbingan dari orang-orang tua tentang kesiapannya berumah tangga. Dia dibimbing tentang tatacara menghormati dan melayani suami, menghormati orang tua dan mertua. Sang Darabaro dibimbing dan diberikan penyadaran bahwa ia akan menghadapi hidup baru, dalam suasana baru, yang penuh kedewasaan, kearifan, dan kesiapan menghadapi segala kemungkinan yang mungkin dihadapi, dan berbagai bimbingan lainnya, termasuk soal kewajiban melayani suami di dapur, di kasur, dan di sumur.
  6. Mengrias Diri;
    Acara Boh Gaca juga bermakna mengrias diri, membersihkan tubuh dan menjaga kesucian lahir dan batin. Untuk seterusnya dia harus selalu hidup bersih, menjaga kecantikan dirinya, dan berhias untuk suami tercinta agar dia selalu mendapat kasih sayang dari suaminya. Dengan menjaga keindahan tubuh dan kebersihannya dia akan tetap dapat mempertahankan kecintahan dan kegairahan suaminya.
  7. Satu hal lagi yang harus diketahui oleh para calon pengantin baru adalah tidak boleh menggauli isterinya sebelum Gaca yang ada di kaki dan di tangan isterinya itu menipis, pupus, atau hilang. Hal ini barangkali sudah tidak diketahui lagi atau sudah dilanggar oleh para pengantin baru sekarang ini. Dengan kesabaran yang tinggi untuk menanti saat-saat yang penuh bahagia menikmati syurga dunia, dapat dipastikan dan umumnya begitu, pasangan pengantin baru itu akan cepat memiliki anak sang buah hati .
    *) Dosen FKIP Universitas Syiah Kuala


    http://maa.acehprov.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=52:boh-gaca-makna-dan-fungsinya-dalam-masyarakat-aceh

JANGAN LUPA