Selasa, 03 Januari 2012

Mengenal Viagra dari Nanggroe Teungku






HALIA BARAH
Pendahuluan
Saat viagra pertama kali diperkenalkan di kota-kota besar di Indonesia, banyak orang tertarik untuk mencobanya, khususnya kaum laki-laki. Berapa pun harga yang mesti dibayar untuk ”obat kuat” dan ”tahan lama” ini tidak menjadi masalah, yang penting kehidupan seksual mereka dapat berlangsung lebih baik dan lebih perkasa dengan efek depan yang lebih baik. Mereka bahkan mengabaikan sejumlah informasi tentang kemungkinan terhadap efek samping akibat konsumsi viagra secara berkepanjangan. Padahal, secara natural kekayaan herbalis di Nusantara telah menyodorkan alternatif bagi penyembuhan terhadap gangguan gairah seksual tanpa harus melibatkan unsur-unsur kimiawi yang justru akan melahirkan disharmonisasi dan gangguan lainnya dalam tubuh manusia.
Padahal “dewa bangkit” untuk penolong sebagai pembangkit dan peletup gairah kelaki-lakian itu terdapat di sekitar lingkungan tempat tinggal kita yaitu dalam lingkungan pemukiman masyarakat Aceh yang disebut halia barah atau jahe merah. Orang Jawa menyebutnya jahe sunti.
Tanpa proses kimiawi, tanaman ini sendiri sudah kaya dengan kandungan kimia, antara lain gingerol dan minyak terbang, limonene, 1,8 cineole, 10 dehydrogingerdione, 6-gingerdione, arginine, alpha linolenic acid, aspartic, betha-sitosterol, caprylic acid, capsaicin, chlorogenic acid, farnesal, farnesene, dan farnesol. Unsur 1, 8 cineole mengatasi ejakulasi prematur, sementara anestetik antikholinesterase. Kandungan ini dipercaya mampu untuk merangsang aktivitas saraf pusat dan merangsang ereksi.
Selain merangsang ereksi dan mengatasi ejakulasi prematur, tanaman yang memiliki rasa pedas atau ”hot” ini juga mampu merangsang selaput lendir perut besar dan usus serta sebagai pengurang rasa sakit. Selain itu halia barah juga bisa mengobati serangan virus influenza, merangsang keluarnya air susu ibu, mendorong produksi getah bening, menjaga kekebalan tubuh, mencegah kemandulan dan memperkuat daya tahan sperma. Menurut ahli farmakologi unsur farnesal yang terkandung dalam tanaman ini juga mampu mencegah proses penuaan karena merangsang bagi pertumbuhan atau regenerasi sel kulit.
Indikasi Halia Barah
Bagian tanaman halia barah yang memiliki khasiat penyembuh untuk berbagai penyakit di atas adalah rimpang atau akar di dalam tanah. Akar ini dipercaya memiliki berbagai kasiat untuk memperkuat determinasi dan kebugaran tubuh.
Jika tertarik dengan terapi natural atau alami ini, sebaiknya budidayakan sendiri tanaman halia barah. Berbagai cara dapat ditempuh dalam membudidayakan tanaman ini.
Caranya relatif mudah, hanya perlu dilakukan intensivikasi dengan memperbanyaknya melalui penanaman akarnya. Namun, akar tanaman ini tidak bisa diambil dalam hitungan minggu sesudah penanaman, tetapi harus menunggunya pada saat tanaman ini berumur sekitar enam bulan dari masa penanaman.
Jangan berpikir ”payah” dalam membudidayakan halia barah, karena pemeliharaan tanaman ini relatif tergolong sangat mudah. Seperti tanaman lainnya, hanya perlu dilakukan penyiraman dengan air yang cukup dan pemupukan organik secara teratur karena halia barah hanya membutuhkan kelembaban tanah yang memadai. Dalam pengobatan batuk kering yang tak kunjung sembuh, hanya perlu mengunyah halia barah dan menelan airnya. Sementara untuk mengobati luka lecet, dapat disembuhkan dengan cara menempelkan tumbukan halia barah ke permukaan kulit yang mengalami luka. Hal yang sama dapat dilakukan untuk jenis luka karena tikaman benda tajam, luka tertusuk duri dan gatal-gatal. Khusus untuk luka karena gigitan ular, tumbukan halia barah tersebut harus ditaburi garam secukupnya dan dilumuri di permukaan kulit yang terluka. Sementara untuk mendapatkan efek kebugaran atau obat kuat (suplement) dilakukan dengan cara meminum air rebusan halia barah.
Sedangkan untuk menambah gairah seksual, Anda dapat mencampur halia barah dengan lengkuas, mengkudu, lada, telur ayam kampung dan garam dapur. Menurut informasi lokal, pembuatan ramuan dilakukan dengan cara menumbuk halus lengkuas, jahe dan lada. Kemudian air buah mengkudu ditambahkan beserta air rebusan.
Setelah itu, campuran ini disaring hingga menjadi satu gelas air ramuan, bubuhi garam dan aduk rata. Air dalam gelas ini selanjutnya dibagi menjadi dua bagian dan masing-masing ditambah satu kuning telur ayam kampung, diaduk rata dan siap dikonsumsi oleh suami dan istri yang membutuhkannya. Bisa juga ditambahkan satu sendok makan madu untuk masing-masing ramuan itu. Penyakit lain yang dapat disembuhkan dengan Halia Barah adalah kolera.
Seperti halnya ramuan untuk penambah gairah seksual, ramuan untuk penyakit kolera perlu dicampur dengan bahan lain. Selain halia barah, ramuan ditambah bawang merah, akar lampuyang, biji kedawung, kulit kayu manis, cuka, tawas, garam dapur, teh, gula halus, minyak pala, dan kayu putih. Caranya, bawang merah, akar lampuyang, biji kedawung, jahe merah dan kulit manis direbus dengan 1,5 liter air hingga air tersisa separuh. Kemudian dibubuhi cuka, tawas, garam dapur dan teh. Selanjutnya, air ramuan tersebut disaring dan ditambah gula halus beserta minyak pala dan kayu putih. Sebelum diminum, ramuan ini sebaiknya dikocok dulu.
Penutup
Alam selalu memberi solusi terbaik dan tanpa resiko. Hanya manusia yang selalu menginginkan yang instan-instan saja tanpa memperhatikan efeknya yang merugikannya tubuhnya pada masa yang akan datang. Hidup alami (natural) lebih sehat daripada harus mengkonsumsi bahan-bahan kimiawi yang hanya dapat memberi kepuasan sesaat namun melahirkan derita sepanjang abad. Selamat mencoba, semoga sukses hendaknya.
Sumber: Artikel ini disalin dari blognya: Boelach Goehang [http://anisabulah.blogspot.com/]. Boelach Goehang adalah Penulis & Peneliti di Balai Pelestarian Sejarah & Nilai Tradisional Banda Aceh, Wil. Kerja Prov. Aceh-Sumut. Disalin ulang semata-mata untuk tujuan mensosialisasikan, mengenalkan sejarah, budaya Aceh di mata dunia.

JANGAN LUPA