Kamis, 05 Januari 2012

Objek Wisata Rumoh Aceh di Gampong Jawa

Sengsara membawa nikmat, mungkin itulah kalimat yang cocok dengan yang dialami oleh masyarakat Gampong Jawa. Betapa tidak, setelah babak belur dihajar tsunami, kini kehidupan mulai bersemi lagi di sana. Adalah Muslim Aid, sebuah LSM dari Inggris yang punya ide membangun kembali daerah itu dengan kultur keacehan, berupa rumoh Aceh.
Fadullah Wilmot dari LSM Muslim Aid, yang punya ide membangun rumoh Aceh sebagai rumah bantuan untuk musibah tsunami di Gampong Jawa, Kecamatan Kutaraja, Banda Aceh. Ide itu mendapat sambutan baik dari warga setempat, ide itu muncul setelah melihat satu keluarga selamat dari musibah tsunami. Keluarga itu menempati rumah Aceh dekat pantai dan selamat dari musibah.
Ide tersebut mendapat sambutan baik dari warga setempat yang memang menginginkan agar dibangun rumah panggung. Harapan itu karena desa tersebut terletak dekat bibir pantai dan apabila pasang naik, apalagi pasang purnama, air laut akan meluap ke perkampungan penduduk.
Gampong Jawa adalah salah satu nama desa di Aceh. Tidak hanya di Banda Aceh, tetapi juga di sejumlah kota lain, seperti Langsa dan Lhokseumawe. Di Banda Aceh, Gampong Jawa terletak di pinggir Krueng Aceh, yang membelah ibokota Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Tidak banyak yang mengetahui mengapa desa itu diberi nama Gampong Jawa. Namun, sejumlah warga mengatakan, konon di tempat itu dahulu banyak menetap pendatang dari pulau Jawa, sehingga tempat itu diberinama Gampong Jawa. Para pendatang dari pulau Jawa itu bukan khusus datang untuk menetap di sana, tetapi mereka dalam perjalanan pulang dari Tanah Suci Mekah. Mereka yang pulang dari Tanah Suci tidak langsung pulang ke Jawa, tetapi mampir di sini. Malah ada yang menetap di sini untuk memperdalam ilmu agama, sehingga daerah ini diberi nama Gampong Jawa. Di daerah ini dahulunya tempat persinggahan kapal pengangkut jamaah haji.
Gampong Jawa berbatasan dengan Selat Melaka di sebelah utara. Di sebelah selatan terdapat Kelurahan Peulanggahan, sebelah barat berbatasan dengan Gampong Pande dan sebelah timur dengan Krueng Aceh. Desa ini memiliki luas 150,60 Ha, terdiri atas lima dusun ; Dusun Nyak Raden, Dusun Hamzah Yunus, Dusun Tuan Dibanda dan Dusun Tengku Muda.
Saat terjadi gempa bumi yang disusul tsunami 26 Desember 2004, Gampong Jawa termasuk daerah paling parah kehancurannya, bahkan nyaris terkubur. Lebih dari 90 persen rumah warga dan fasilitasnya hancur dihantam tsunami yang menerjang di pagi hari nan kelabu sehingga meninggalkan duka mendalam bagi penduduk setempat yang selamat.
Menjelang setahun musibah berlalu, meski perasaan warga yang selamat masih dibalut kesedihan dan kedukaan karena banyak anggota keluarga yang hilang. Tetapi mereka sedikit mulai bisa hidup normal mulai tampak.
Walau dari segi perekonomian masih kembang kempis, namun paling tidak sebagain mereka tidak lagi tinggal di bawah bayangan kecemasan. Ratusan rumoh Aceh berukuran sedang yang dibangun Muslim Aid. Kini rumah-rumah yang dibangun sesuai dengan keinginan pemiliknya terus dipacu pembangunan di antara sisa-sisa puing tsunami.
Rumoh Aceh dilihat dari segi strukturnya terdiri atas tiga bagian penting yang satu dengan lainnya berkaitan dalam satu sistem teknologi konstruksi yang diwarisi turun-temurun. Sistem teknologi tersebut menjadi bangunan rumah tampak kokoh dan anggun.
Bagian-bagian tersebut adalah : Bagian tiang, dalam pengertian yang lebih luas merupakan bagian rumah yang terdiri dari tiang (tameh), bara, kasau (gaseu), lhue, beulebah dan lain-lain, saling berkaitan dan berfungsi sebagai tempat melekatkan lantai, dinding dan atap. Bagian dinding, terdiri atas lantai, dinding, jendela, pintu, tolak angin dan lain-lain yang berfungsi untuk memperkokoh bangunan rumah. Selain itu bagian dinding juga berfungsi dekoratif yakni dinding, pintu, jendela dengan ragam rias seni ukir yang menarik sekaligus sebagai lambang status penghuni rumah. Bagian atap, yang melindungi rumah dan bagian-bagiannya dari panas dan hujan. Kalau dipandang dari sudut estetika bagian atap merupakan bagian yang menarik dari rumah dan yang paling jelas menunjukkan kekhasan kalau diamati dari jarak jauh.
Dengan dibangunnya rumoh Aceh di Gampong Jawa. Keinginan warga untuk memiliki rumah panggung terwujud. Malah tinggi antara satu rumah dengan yang lain tidak sama karena disesuaikan dengan keinginan pemilik rumah. Sebuah kebersamaan untuk bisa menata masa depan yang lebih cerah.
Sebuah inovasi yang diilhami kultur Aceh telah dihadirkan di daerah itu, yakni rumoh Aceh. Rumah seperti itu sudah sulit ditemukan di alam moderen seperti sekarang, kecuali satu dua peninggalan masa lalu di daerah pedalaman.
Dengan dibangunnya rumoh Aceh di daerah tersebut, menjadi bertambah koleksi rumoh Aceh, yang sekarang memang sudah jarang didapatkan. Tidak tertutup kemungkinan daerah tersebut dapat dikembangkan menjadi desa wisata yang berlatar belakang budaya Aceh. 
Penulis: Sudirman, S.S., Peneliti BPSNT (Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional) Banda Aceh.

http://plik-u.com/?p=369

JANGAN LUPA