Selain meriam dan senjata api, ketika rakyat aceh melawan Belanda juga mempergunakan senjata-senjata tradisional. Berdasarkan penggunaannya senjata-senjata tradisional (traditional weapon) yang terdapat di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dapat dikatagorikan menjadi 3 (tiga). Pertama senjata yang berfungsi untuk menyerang, kedua senjata untuk membela diri dan ketiga senjata yang bergerak sendiri.
Peudeung / Sikin Panyang (Pedang)
Pedang digunakan sebagai senjata untuk menyerang.Jika rencong digunakan untuk menikam,maka pedang digunakan beriringan dengan itu,yaitu sebagai senjata untuk mentetak atau mencincang.Berdasarkan daerah asal pedang,di Aceh dikenal beberapa macam pedang yaitu peudeung Habsyah (dari Negara Abbesinia),Peudeung Poertugis (dari Eropa Barat),Peudeung Turki berasal dari raja-raja Turki.
Pedang digunakan sebagai senjata untuk menyerang.Jika rencong digunakan untuk menikam,maka pedang digunakan beriringan dengan itu,yaitu sebagai senjata untuk mentetak atau mencincang.Berdasarkan daerah asal pedang,di Aceh dikenal beberapa macam pedang yaitu peudeung Habsyah (dari Negara Abbesinia),Peudeung Poertugis (dari Eropa Barat),Peudeung Turki berasal dari raja-raja Turki.
Berdasarkan bilah atau bentuk mata pedang,masyarakat mengenal nama-nama pedang sebagai berikut peudeung on teubee sejenis pedang yang bilah atau matanya menyerupai daun tebu.Pedang ini dibuat sedemikian rupa,panjangnya kira-kira 100 cm(sudah termasuk gagangnya).Umumnya terbuat dari besi,bentuknya lebih halus dan lebih kecil dari peudeung on jok. Peudeng on jok sesuai dengan namanya menyerupai daun enau atau daun nira. Bentuknya lebih kasar dan tebal dari peudeung on teubee dan sedikit agak pendek dari peudeung on teubee.
Berdasarkan bentuk gagangnya, jenis pedang adalah sebagai berikut :
Pertama, Peudeung Tumpang Jingki, gagangnya seperti mulut yang sedang terbuka dan seakan-akan dapat menahan sandaran benda lain di atasnya. Gagang pedang ini berasal dari tanduk dan matanya dari besi. Panjang keseluruhannya mencapai 70 cm. Bentuknya hampir serupa dengan peudeung tumpang beunteung yang lazim disebut oleh masyarakat Pidie.
Pertama, Peudeung Tumpang Jingki, gagangnya seperti mulut yang sedang terbuka dan seakan-akan dapat menahan sandaran benda lain di atasnya. Gagang pedang ini berasal dari tanduk dan matanya dari besi. Panjang keseluruhannya mencapai 70 cm. Bentuknya hampir serupa dengan peudeung tumpang beunteung yang lazim disebut oleh masyarakat Pidie.
Peudeueng Peusangan (Hulu Tumpang Beunteung)
Kedua, Peudeung Ulee Meu-apet, pada gagangnya terdapat apet atau penahan untuk tidak mudah terlepas. Jenis pedang ini selalu ditempatkan di dalam sarungnya. Bahkan amat jarang dikeluarkan. Pedang ini dianggap mempunyai kekuatan magis, pantang dikeluarkan di sembarangan tempat dan waktu.
Peudeueng Peusangan (Hulu Meu Apet)
Ketiga, Peudeueng Ulee Tapak Guda, gagangnya menyerupai telapak kaki kuda. Gagangnya dibuat dari tanduk, dan bilahnya dari besi. Panjangnya mencapai 72 cm.
Di samping jenis pedang yang telah tersebut di atas, di dapati nama-nama lainnya seperti Peudeung Ulee Iku Mie karena gagangnya menyerupai ekor kucing, Peudeung Ulee Iku Itek, karena gagangnya menyerupai ekor bebek, Peudeung Ulee Babah Buya, karena gagangnya seperti mulut buaya, Peudeung Lapan Sago gagangnya bersegi delapan.
Peudeueng Panjang (Hulu Tumpang Beunteung) Hulu Buaya
Ada satu pedang yang sering di ceritakan dan disebut-sebut orang tua di Aceh yaitu Peudeung Zulpaka yang mengandung kekuatan magis tinggi karena berasal dari Saidina Ali Radhiallahu’anhu.
Sumber: www.virtualaceh.com