Rabu, 22 Februari 2012

INDONESIA MASA PEMERINTAHAN SJAFRUDDIN PRAWIRANEGARA


(1945 – 1949)

PROPOSAL SKRIPSI

Oeh
MASWARDI
1.1 Latar Belakang
            Mr. Syafruddin Prawiranegara, atau juga ditulis Sjafruddin Prawiranegara (lahir di Serang, Banten, 28 Februari 1911 – meninggal di Jakarta, 15 Februari 1989 pada umur 77 tahun) adalah pejuang pada masa kemerdekaan Republik Indonesia yang juga pernah menjabat sebagai Presiden/Ketua PDRI (Pemerintah Darurat Republik Indonesia) ketika pemerintahan Republik Indonesia di Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda saat Agresi Militer Belanda II pada tanggal 19 Desember 1948.
            Sebelum kemerdekaan, Syafruddin pernah bekerja sebagai pegawai siaran radio swasta (1939-1940), petugas pada Departemen Keuangan Belanda (1940-1942), serta pegawai Departemen Keuangan Jepang.
            Setelah kemerdekaan Indonesia, ia menjadi anggota Badan Pekerja KNIP (1945), yang bertugas sebagai badan legislatif di Indonesia sebelum terbentuknya MPR dan DPR. KNIP diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara.
            Syafruddin adalah orang yang ditugaskan oleh Soekarno dan Hatta untuk membentuk Pemerintahan Darurat RI (PDRI), ketika Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta ditangkap pada Agresi Militer II, kemudian diasingkan oleh Belanda ke Pulau Bangka, 1948. Syafruddin menjadi Ketua Pemerintah Darurat RI pada 1948.
            Atas usaha Pemerintah Darurat, Belanda terpaksa berunding dengan Indonesia. Perjanjian Roem-Royen mengakhiri upaya Belanda, dan akhirnya Soekarno dan kawan-kawan dibebaskan dan kembali ke Yogyakarta. Pada 13 Juli 1949, diadakan sidang antara PDRI dengan Presiden Sukarno, Wakil Presiden Hatta serta sejumlah menteri kedua kabinet. Serah terima pengembalian mandat dari PDRI secara resmi terjadi pada tanggal 14 Juli 1949 di Jakarta.
            Syafrudin Prawiranegara pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri, Menteri Keuangan, dan Menteri Kemakmuran. Ia menjabat sebagai Wakil Menteri Keuangan pada tahun 1946, Menteri Keuangan yang pertama kali pada tahun 1946 dan Menteri Kemakmuran pada tahun 1947. Pada saat menjabat sebagai Menteri Kemakmuran inilah terjadi Agresi Militer II dan menyebabkan terbentuknya PDRI.
            Seusai menyerahkan kembali kekuasaan Pemerintah Darurat RI, ia menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri RI pada tahun 1949, kemudian sebagai Menteri Keuangan antara tahun 1949-1950. Selaku Menteri Keuangan dalam Kabinet Hatta, pada bulan Maret 1950 ia melaksanakan pengguntingan uang dari nilai Rp 5 ke atas, sehingga nilainya tinggal separuh. Kebijaksanaan moneter yang banyak dikritik itu dikenal dengan julukan Gunting Syafruddin.
            Syafruddin kemudian menjabat sebagai Gubernur Bank Sentral Indonesia yang pertama, pada tahun 1951. Sebelumnya ia adalah Presiden Direktur Javasche Bank yang terakhir, yang kemudian diubah menjadi Bank Sentral Indonesia.
Pada awal tahun 1958, PRRI berdiri akibat ketidakpuasan terhadap pemerintah karena ketimpangan-ketimpangan sosial yang terjadi dan pengaruh komunis (terutama PKI) yang semakin menguat. Syafruddin diangkat sebagai Presiden PRRI yang berbasis di Sumatera Tengah.
            Pada bulan Agustus 1958, perlawanan PRRI dinyatakan berakhir dan pemerintah pusat di Jakarta berhasil menguasai kembali wilayah-wilayah yang sebelumnya bergabung dengan PRRI. Keputusan Presiden RI No.449/1961 kemudian menetapkan pemberian amnesti dan abolisi bagi orang-orang yang tersangkut dengan pemberontakan, termasuk PRRI.


1.2 Rumusan Masalah                                                                     
            Berdasarkan latar belakang, yang menjadi permasalahan adalah sebagai berikut :                              
1.2.1        Mengapa Sjarifuddin Prawiranegara meperjuangkan kemerdekaan Indonesia ?
1.2.2        Bagaimana Peranan Sjarifuddin Prawiranegara dalam pemerintahan Indonesia ?
1.2.3        Bagaimana kondisi ekonomi dan politik masa pemerintahan Sjarifuddin Prawiranegara ?
1.3 Tujuan Penelitian 
Berdasarkan permasalahan di atas, yang menjadi tujuan penelitian adalah sebagai berikut :                                                                                     
1.3.1        Menganalisis Sjarifuddin Prawiranegara meperjuangkan kemerdekaan Indonesia ?
1.3.2        Mendeskripsikan Peranan Sjarifuddin Prawiranegara dalam pemerintahan Indonesia ?
1.3.3      Mendeskripsikan kondisi ekonomi dan politik masa pemerintahan Sjarifuddin Prawiranegara ?

1.4 Manfaat Penelitian  
 Dari hasil penelitian nanti dapat di harapkan dapat memberikan kegunaannya sebagai berikut :                                                                                          
1.4.1        Secara Teoritis, berguna untuk memberikan pemahaman dan menambah wawasan bagi ilmu pengetahuan menyangkut latar belakang dan Peranan Sjarifuddin Prawiranegara dalam pemerintahan Indonesia.
1.4.2        Secara Praktis, berguna untuk memberikan sumbangan pemikiran kepada pemerintah Indonesia guna memahami betapa pentingnya Peranan Sjarifuddin Prawiranegara dalam pemerintahan Indonesia.

1.5 Anggapan Dasar                                                                                                              Yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah “Sjarifuddin Prawiranegara tetap berperan dalam kemerdekaan Indonesia sebagai President Darurat Republik Indonesia”.

1.6 Metode Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan metode sejarah. Menurut Suryabrata dalam Metode Penelitian (1994: 16) tujuan penelitian historis untuk membuat rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan objektif dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasikan, serta mensintesiskan bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat, semua upaya tersebut harus melelui proses pengumpulan data.

1.6.1 Teknik Pengumpulan Data
            Penelitian ini dilakukan secara library research atau kepustakaan. Adapun sumber-sumber yang penulis gunakan dalam penelitian ini terdiri dari sumber primer dan sumber skunder. Menyangkut dengan kajian sejarah, maka penulisan ini menggunakan penelitian historis. Tujuan penelitian historis adalah untuk membuat rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan objektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, menveritifikasikan serta mensistensikan bukti-bukti untuk menegahkan fakta dan menegahkan fakta dan memperoleh kesimpulan.
            Penelitian ini mengunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang menekankan kepercayaan terhadap apa adanya, sehingga bersifat netral dan objektif. Hal ini dikarenakan untuk mendapatkan hasil yang baik dan tidak menimbulkan kesan yang memihak. Penelitian deskriptif di maksudkan untuk mengekplorasi dan menklarifikasi mengenai suatu peristiwa, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variaber yang berkenaan dengan masalah yang di teliti.(Margono, 2003: 20).                                                                             

            Penulisan sejarah yang berkenaan dengan analisis yang kejadiannya telah berlangsung di masa lalu, penelitian tentang sejarah tidak mungkin lagi mengamati kejadian yang akan diteliti. Sehingga penulisan ini berdasarkan atas sumber primer dan skunder, yang dilakukan dengan penelitian kepustakaan (library research). Sumber primer yang di gunakan dalam penulisan ini yaitu buku-buku yang di tulis oleh pelaku sejarah, dokumen-dokumen, laporan kegiatan, serta arsip peninggalannya yang dapat di proleh di perpustakaan  dan badan arsip maupun intansi yang berkaitan, sedangkan yang termasuk kedalam sumber skunder dalam penulisan sejarah yaitu buku-buku yang di karang oleh Indonesia, dan data lainnya yang relevan dapat di jumpai pada perpustakaan.

1.6.2 Teknik Pengelolaan dan Analisis Data
Untuk menghasilkan suatu karya/kisah sejarah seseorang harus berpegangan pada metode sejarah, ada beberapa langkah perlu di patuhi oleh seorang peneliti yaitu: Heuristik (pengumpulan data), kritik, interpresentasi, dan pengkisahan. (Nugroho Notosusanto, 1978:11).                                                   
Setelah data penelitian terkumpul kemudian penulis melakukan kritik sumber yaitu mempersoalkan otentik tidaknya suatu sumber yang telah didapatkan. Mengenai asli tidaknya suatu sumber harus dilakukan analisis sumber. Yaitu mencoba mengetahui apakah suatu sumber itu primer ataukah skunder. Sedangkan untuk mengetahui utuh tidaknya suatu sumber harus di atasi dengan melakukan kritik teks. Kemudian melakukan kritik ekstern dan kritik intern. Kritik atau sumber dilakukan pada sumber hasil studi kepustakaan. Hal ini di sebabkan tidak semua keterangan sumber mengenai peristiwa yang diamati mutlak diterima, sehingga perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut dan perbandingan antara sumber tersebut, untuk menegakkan fakta sehingga penulisan tetang topik pembahasan bersifat netral.                                                                  

 Setelah melakukan kritik, dapat menghimpun banyak sekali informasi mengenai suatu periode sejarah yang kita pelajari. Berdasarkan semua keteragan itu dapat disusun fakta-fakta sejarah yang dapat di buktikan kebenarannya. Tidak semua fakta dapat di maksukkan karena yang di ambil hanyalah fakta yang relevan dan sesuai dengan topik yang ingin penulis paparkan. Pada tahap akhir penulis melakukan penulisan dengan  merangkaikan sejumlah fakta yang relevan, sehingga terwujudlah suatu tulisan sejarah sebagai cerita yang menyangkut tentang peran Peranan Sjarifuddin Prawiranegara dalam pemerintahan Indonesia.

1.7 Tinjauan Pustaka
            Dalam Buku Akmal Nasery Basral yang berjudul “Presiden Prawiranegara, Kisah 207 Hari Syafruddin Prawiranegara Memimpin Indonesia”  yang menjelaskan tentang sejarah mencengangkan. Ada sisi lain dari sebuah historiografi yang belum diakui, lantaran berbagai kepentingan yang terlibat di dalamnya. Yang akhirnya Syarifuddin tak pernah tercatat pernah menjadi orang nomor satu di negeri ini. Padahal, jasa-jasanya menyelamatkan kemerdekaan Indonesia dengan memimpin Pemerintahan Darurat Republik Indonesia sangat penting. Pada 19 Desember 1948, saat agresi militer II Belanda ibu kota Yogyakarta berlangsung, Presiden Sukarno tertangkap. Wakil Presiden Mohammad Hatta yang cemas dengan kondisi itu segera mengirimkan telegram kepada Syarifuddin yang ketika itu menjadi Menteri Kehakiman, yang sedang berada di Bukittingi untuk membentuk PDRI.
            Dalam buku George Mc Turnan Kahim. Dkk yang berjudul “Sjarifuddin Prawiranegara Penyelamat Republik” menjelaskan tentang Sjafruddin adalah anggota Badan Pekerja KNIP (1945), yang bertugas mempersiapkan garis besar haluan negara RI sebelum merdeka. Mr Sjafruddin adalah pejabat menteri keuangan pertama RI (1946), dan Menteri Kemakmuran (1947). Setelah PDRI yang diketuainya menyerahkan mandat, ia sempat diangkat sebagai Wakil Perdana Menteri pada tahun 1949. Ia kembali diangkat menjadi Menkeu di kabinet Hatta pada Maret 1950 dan menelurkan kebijakan yang cukup terkenal saat itu, yakni pengguntingan uang dari nilai Rp 5 ke atas. Ia kemudian menjabat sebagai Gubernur BI yang pertama tahun 1951. Setelah itu, Mr Sjafruddin memilih bergabung dengan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) yang juga berbasis di Sumatera, sebuah gerakan untuk menentang kebijakan presiden Soekarno. Gara-gara sikapnya yang berlawanan tersebut, ia sempat dipenjarakan oleh Soekarno tanpa proses pengadilan.
            Dalam Buku Boediono. Dkk yang berjudul “Sjarifuddin Prawiranegara Dari Ekonomi Sampai PRRI” menjelaskan Sjarifuddin tentang pentingnya pemisahan Bank Sentral dari pemerintah agar Bank Sentral dapat bekerja Otonom. Apabila kekuatan politik dapat di berikan uang untuk menguasai sistem keuangan nasional. Di pula yang pertama bertanggung jawab pegedarannya, dan sejarah mehendaki dia harus bertanggung jawab atas “penguburannya”
            Dalam buku Yapi yang berjudul “Aspirasi Islam dan penyalurannya” menjelaskan tentang pemisahan Politik dari Agama untuk Islam merupakan suatu operasi yang artificial, yaitu untuk melemahkan kekuatan politis Islam yang dianggab berbahaya buat kesatuan dan persatuan bangsa dan negara Indonesia. Di dalam kenyataan umat Islamlah yang selalu berusaha yang selalu berusaha untuk memelihara persatuan dan kesatuan bangsa dan negara. Tanpa saham umat Islam dalam perjuangan kemerdekaan, tak mungkin Indonesia dapat memperoleh kemerdekaan.

1.8 Sistematika Penulisan                                                                                            
Untuk lebih memudahkan pembaca dalam memahami isi pembahasan ini, terlebih dahulu penulis menguraikan sistematika penulisan. Adapun sistematika Penulisan adalah sebagai berikut : 
         Bab I, Merupakan pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, anggapan dasar, hipotesis, dan sistematika penulisan.
         Bab II, Merupakan Tinjauan Pustaka yang mengulas berbagai tulisan yang pernah diterbitkan mengenai permasalahan serta sudut pandang permasalahan yang akan penulis bahas.
         Bab III, Metode Penelitian yang berisikan pendekatan dan pembahasan mengenai jenis penelitian terhadap pegumpulan data sejarah.
         Bab IV, Merupakan Hasil Penelitian dari permasalahan mengenai Peranan Sjarifuddin Prawiranegara dalam pemerintahan Indonesia
         Bab V,  Merupakan Penutup yang berisikan kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA
George MC Turnan Kahim, 2011, Sjarifuddin Prawiranegara penyelamat Republik. Jakarta, YAPI
Salim Agus, 2011, Sjarifuddin Prawiranegara Aspirasi Islam dan Penyalurannya, Jakarta, YAPI
Boediono,2011, Sjarifuddin Prawiranegara dari Ekonomi sampai PDRI, Jakarta, YAPI
Yapi, 2011, Peranan Islam dalam Perjuangan Kemerdekaan dan Pembangunan, Jakarta, YAPI

JANGAN LUPA